Ulangan Photoshop

1.    Apa fungsi Distort dan Polar Coordinates?
Distort berfungsi untuk memberi efek mengerutkan gambar,seperti menggeser kordinat gambar.sedang fungsi polar coordinates adalah fungsi distort untuk melihat gambar dan merubah ke sudut pandang terlihat seperti sebuah kutub
2.    Apa perbedaan Rectangular to Polar dan Polar to Rectangular?
Jawab: rectangular to polar : membuat gambar mengarah pada satu titik di tengah dan membentuk lingkaran sedang polar to rectangular : membuat gambar tampak seperti merekah dari pusatnya ke kanan dan kiri
3.    Apa fungsi Custom Shape Tool? Berikan 6 Contoh!
Jawab: Custom Shape tool : Tool yang berisi shape /bentuk yang gunanya untuk menyisipkan shape,gambar, dan symbol lainnya. Contoh : Cat Print, Checkmark, Grid, Light Bulb, Envelope, Arrow, Frame
4.    Apa fungsi Magic Wand Tool dan Move Tool?
Jawab: Magic Wand Tool digunakan untuk menyeleksi berdasarkan persamaan warna. Move Tools adalah sebuah tool pada photoshop yang sering digunakan untuk memilih layer dan menggeser ataupun mengubah letak layer
5.    Apa fungsi Quick Selection Tool?
Jawab: Quick Selection Tool adalah sebuah sebuah tool pembuatan seleksi photoshop secara instan (sekali klik terjadi sebuah seleksi, yang hampir menyerupai magic wand). Quick Selection Tool merupakan kombinasi tool seleksi antara Magic Wand denganbrush. Dengan tool ini kita mampu memilih sendiri area warna, terintegrasi dengan sistem akurat pada perbatasan area yang diseleksi jika dibandingkan dengan Magic Wand.
6.    Apa fungsi Lasso Tool dan Polygon Lasso Tool?
Jawab: Lasso Tool digunakan untuk menyeleksi dalam bentuk bebas, poligonal atau kekontrasan gambar. Polygonal Lasso digunakan untuk membuat seleksi dalam bentuk garis-garis lurus. Hanya cocok digunakan untuk menyeleksi bidang / bentuk yang lurus
7.    Apa fungsi Magnetic Lasso Tool?
Jawab: Magnetic Lasso tool adalah sebuah tool yang bisa digunakan untuk membuat seleksi secara cepat pada gambar yang kontras
Tool ini digunakan untuk membuat seleksi dengan cara menekan dan tahan tombol mouse, sambil digerakkan mengikuti bentuk gambar yang akan diseleksi.
8.    Apa fungsi Slice Tool dan Slice Select Tool?
Jawab: Slice Tool  berfungsi untuk membuat slice atau membagi-bagi gambar menjadi terpisah. Slice Select Tool berfungsi untuk menyeleksi suatu slice.
9.    Apa fungsi Noise dan Add Noise?
Jawab: noise berfungsi seolah olah teks tersebut adalah sebuah garis yang dibuat dengan car kasar atau membuat rumput seolah olah seperti dibuat tekstur dengan menukirnya. add noise : menambah efek noise, agar foto yang terlihat kurang tajam bisa lebih tajam
10. Apa perbedaan Uniform dan Gaussian?
Jawab: Uniform : titik – titik pada gambar lebih jarang. Gaussian : titik – titik pada gambar lebih rapat.
11. Apa perbedaan Hue, Saturation, dan Lightness?
Jawab:
Hue digunakan untuk melakukan pengaturan inti warna. Inti warna disini yang kumaksud adalah sesuatu yang membuat sebuah obyek nampak berwarna. Dengan menggeser posisi slider atau mengubah nilainya, maka akan mengubah keseluruhan inti warna dari gambar. Saturation ini adalah sebuah nilai intensitas warna, dimana nilai Saturation minimal berarti gambar nampak hitam-putih, sedangkan Saturation dalam nilai maksimal membuat gambar nampak sangat berwarna-warni.
Lightness digunakan untuk mengatur intensitas gelap-terang warna pada gambar. Nilai minimal akan membuat gambar nampak gelap, demikian juga sebaliknya.Hue adalah warna, sedangkan Saturation adalah tebal/tipisnya warna. Lightness adalah tingkat kecerahan warna.
12. Apa fungsi Fill dan Opacity?
Jawab: fill membuat warna paga gambar di layer yang terpilih berubaf jadi satu warna tertentu yang di dapat dari hue dengan cara mengaktifkan tanda panah sebelah kanan fill. opacity Berfungsi untuk menentukan tingkat transparansi material objek pada kanvas
13. Apa fungsi Menu Filter?
Jawab: filter : Untuk menciptakan efek-efek spesial pada gambar yang ada di kanvas bisa objek atau foto
Apa fungsi Motion Blur?
Jawab:
15. Apa fungsi Colorize?
Jawab: untuk membuat efek sephia pada hue/saturation

how to make GIF animation :D


(kalo mau liat yang bergerak, klik disini)
yeahh, sekarang gue mau jelasin cara bikin GIF animation :D
  1. buat layar kerja baru dengan klik File > Open. Ubah satuan Width dan Height jadi pixel.
  2. buat kreasi gambar yang kamu inginkan. agar gambar bisa seolah bergerak, buat gambar satu-persatu dengan menduplikat layer (klik kanak > duplicate layer)
  3. klik windows > animation. atur pilihan-pilihan layer agar gambar seolah muncul satu-persatu.
selamat mencoba....

how to make this sephia *blah



Kembali bersama tugas sekolah gue, hari ini gue akan membuat foto menjadi sebagian sephia dan sebagian lagi berwarna.
langkah-langkah:

Langkah – langkah pembuatannya ;
1.      
3.      
Ca  1. Cari sebuah gambar yang akan diberi efek. File>Open>Pilih gambar. Atau Ctrl+O kemudian pilih gambar.
2. Aktifkan Rectangle Tool pada toolbox. kemudian pada option bar pilih Shape Layer.
3. Buatlah bentuk shape seperti yang anda inginkan.
4. Ganti Fill menjadi 0%.
5. Klik Add a Layer style, lalu pilih stroke. Atur besar Size: 7px, Position: Inside, dan pilih warna sesuai yang anda inginkan, misalnya putih, lalu klik OK.
6. Aktifkan seleksi pada shape dengan menekan Ctrl+Enter atau anda dapat menahan tombol Ctrl lalu klik pada  Vector mask thumbnail.
7. Dengan seleksi yang masih aktif, anda klik Create new fill or adjusment layer, pilih Hue/Saturation. Aktifkan colorize dan ganti nilai saturation menjadi 30 atau sesuai keinginan anda, klik OK.
8. Balik warna pada layer mask thumbnail dengan menekan Ctrl+I.
9. Anda pilih kedua layer (shape dan hue) lalu klik link layer.
S  10. Selanjutnya jika anda ingin mengubah ukuran yang berbeda anda dapat tekan Ctrl+T, kemudian ubah sesuai keinginan.

how to make rainbow color :)

before
after

hello again,
kali ini gue mau jelasin tentang cara membuat foto jadi gradasi warna pelangi. Selamat menyimak ^^
  1. Buka terlebih dahulu Program Adobe Photoshop CS3.
  2. Cari atau pilih gambar yang akan dijadikan obyek utama. (Pilih open > cari gambar yang ingin dijadikan objek utama.
  3. Buat objek utama menjadi 2 layer dengan cara Menduplicate layer, langkahnya adalah pada layar gambar utama kita klik kanan > pilih duplicate layer.
  4. Pada Toolbox pilih Gradient tool, pada menu gradient tool kita pilih gradasi warna pelangi
  5. Klik kanan pada Copy objek utama lalu pilih gradasi warna pelangi, tekan kursor tepat di copy objek utama tarik kursor hingga muncul warna pelangi, maka copy objek utama akan tertutup dengan warna pelangi.
  6. Pada set blending mode pilih color
  7. beri kreasi yang menarik pada objek utama.

how to make (fake) rain

kali ini, gue akan menjelaskan cara membuat hujan palsu di foto pake Adobe Photoshop CS3. kaya gini nih yang udah jadi:


(uu si percy kehujanan ^^)


Langkah-langkah "membuat" hujan:

  1. Pilih File, lalu klik Open. Pilih foto yang kamu mau buat hujan.
  2. Pilih Layer --> New Adjustment Layer-->Hue/Saturation. Atur Hue, Saturation, dan Lightness agar foto menggelap.
  3. Buat layer baru warna hitam, beri nama "rain", lalu ubah Blend Mode menjadi Screen.
  4. Pilih Filter --> Noise --> Add Noise, ubah Distribution menjadi Uniform, lalu beri tanda centang pada Monochromatic.
  5. Setelah itu, pilih Filter --> Blur --> Motion Blur, atur jarak pixel dan kemiringan garis agar lebih alami.
  6. Hujannya sudah jadi! ^^
Selamat mencoba.

How to make the font more beautiful

oke, ini emang ga nyambung dengan tema blog gue, tapi karena ini tugas sekolah, jadi gue akan menjelaskan gimana cara membuat tulisan indah dengan menggunakan gambar. contohnya seperti ini:


langkah-langkah membuat:
  1. buat sebuah lembar kerja baru dengan mengklik File, lalu New. Ubah Width dan Height menjadi 504 X 360 pixels, resolution 72 pixel/inch, color mode RGB 8 bit, background white.
  2. pilih Horizontal Type Tool (ikon berbentuk huruf T), lalu klik pointer pada lembar kerja, kemudian ketikkan kata-kata yang kamu inginkan.
  3. klik File, pilih Open, pilih gambar yang akan kamu masukkan ke dalam tulisan.
  4. geser gambar tersebut menggunakan Move Tool sehingga gambar terlihat menutupi tulisan yang kau buat
  5. pindahkan gambar ke belakang tulisan yang kamu buat dengan mengklik Layer, kemudian Create Clipping Mask atau Ctrl+Alt+G pada komputer
  6. tulisan kreasimu sudah jadi! ^^
Selamat mencoba.

untitled part 2

Aku sedang menatap langit biru,
ketika awan tiba-tiba membentuk wajahmu.
Angin menghembuskan aromamu.
Dedaunan bergemirisik, seolah membisikkan namamu.
Aku terdiam disini.
Teringat semua yang pernah kita alami.

Kau berjanji kau takkan pergi.
Tapi kini kau melupakannya.
Seandainya kau tahu, aku akan selalu disini menunggumu.
Hingga nanti, dan selamanya.

(untitled)

Dunia sayup.
Angin membawa pergi sebagian diriku.
Aku tertatih mengejarnya.
Namun angin hanya tertawa jahat.

Daun berguguran.
Seolah musim gugur datang lebih awal.
Aku terpojok di sudut ruang, merasakan kesendirian menyapa.

Akan pergi kemana dirimu.
Yang dulu selalu menemaniku.
Menggenggam tanganku.
Memeluk diriku saat aku takut.
Menyeka air mataku saat aku sedih.
Menyemangati diriku.
Membuatku berani bermimpi.

Kini aku harus berani sendiri.
Tanpa dirimu disini.
Hanya berharap kau akan datang.
Saat pelangi ada di malam hari.

tugas bahasa indonesia (masih jelek)

The Hotel Murdered Mystery
Liburan kali ini, aku dan 3 sepupu cowokku, Kevin, Raka, dan Tryan liburan ke Pantai Anyer. Tryan memilihkan sebuah hotel yang terlihat bagus. Meskipun bukan hotel berbintang seperti biasanya, tapi hotel itu cukup bersih penataannya. Tidak ada kesan seram sama sekali.
Tapi, entah mengapa firasatku mengatakan ada yang tidak beres.
3 makhluk itu hanya tertawa mendengar curhatanku. Kata Tryan: “ga usah kuatir napa, setan disini udah pada takut sama Raka kok.” Kata-katanya disambut dengan jitakan indah di kepala. Aku terpaksa nyengir, lebih baik daripada dibilang penakut oleh mereka.
Setelah menaruh barang-barang di kamar hotel masing-masing, kami tanpa buang waktu langsung jalan-jalan di pantai. Hotelnya memang terletak dekat bibir pantai, jadi pintu belakangnya memang langsung menghadap pantai. Aku mencoba mengusir perasaan tak enak itu dengan melakukan hal-hal menyenangkan: membuat istana pasir (dan gagal), mengubur sebagian badan Kevin dengan pasir, lomba mengumpulkan keong melawan Raka, tapi tetap saja gagal. Aku hanya berdoa dalam hati semoga firasatku kali ini salah.
Malamnya cukup menyenangkan, setelah makan seafood dari salah satu rumah makan di dekat hotel, kami membeli jagung dan membakarnya. Aku tertawa-tawa mendengar Tryan menyanyi-nyanyi lagu Indonesia yang di-medleykan, dan menyanyikan lagu-lagu pembuka film kartun, seperti Crayon Shinchan (“Seluruh kota merupakan tempat bermain gembira, oh senangnya, aku senaaanngggg sseeekkaaalllliii....”), Doraemon (“Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak seekkaaalllliiii...”). Kami menyanyi sambil tertawa-tawa berisik, sampai-sampai dipelototi ibu-ibu yang kamarnya tidak jauh dari kamar kami. Aku tidak terlalu peduli, karena aku baru menyadari, aku sudah jarang bertemu dengan mereka semenjak aku masuk SMA.
Aku memang cukup dekat dengan mereka semua, apalagi selisih umur kami beda setahun-dua tahun. Tryan sudah masuk semester 3 di kuliahnya (dia mengambil jurusan arsitektur). Raka kelas 12 IPA di SMA. Kevin kelas 11 IPA di SMA. Dan aku sendiri baru kelas 10. Aku paling muda dari semuanya, cewek sendiri pula. Tidak heran meski semuanya jahil, mereka sesungguhnya sangat protektif denganku. Sampai pacar mereka semua iri melihat kedekatanku. Haha. Aku sendiri belum punya pacar sampai saat ini. Dan aku tidak mempermasalahkannya. Iyalah, kalau sekedar untuk mengantarku kemana-mana tinggal minta tolong Kevin, menanyakan cara mengerjakan soal trigonometri ke Tryan, curhat ke Raka. Jadi aku tidak merasa ada yang kosong meski belum punya kekasih hati.
“Udah ah, aku ngantuk nih. Kak Kevin, kak Raka, kak Tryan, kalian nggak tidur? Gue tidur duluan ya,” kataku sambil menguap.
“Yah... udah kayak bocah aja, tidur jam 9,” Raka meledek.
“Heh, gila capek nih aku gara-gara tadi lomba sama kakak! Udah ah aku tidur yaa... Dadah, met malem,” jawabku cuek.
“Oke, mimpi indah ya Kidiw,” kata Kevin lembut. Kidiw adalah panggilan kecilku, dari kata “Widy kecil” menjadi “Widik” lalu “Kidiw”.
“Iya kak, thanks,” jawabku pendek.
Aku kembali ke kamar tidurku, dan firasat itu kembali menerorku. Sebenarnya ada apa ini...? kenapa firasat ini tidak hilang-hilang? Akhirnya, dalam usahaku menekan perasaan tidak enak itu, aku jatuh tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi buruk, aku seperti dikejar-kejar oleh bayangan yang membawa belati. Tidak ada yang berusaha menolongku, meski aku berteriak sekeras mungkin. Aku panik. Panik panik panik.
“Widyyyy... sadarlah! Sshhh, kenapa kamu teriak-teriak begitu? Tenang, tenang, ada aku,” nada suara lembut itu rasanya kukenali. Iya, suara Kevin! Aku langsung memeluknya saking takutnya. Kevin menepuk-nepuk bahuku.
“Tenanglah, itu hanya mimpi,” kata Kevin.
“Tapi kak... Kakak tau kan dari tadi firasatku ga enak banget? Entah kenapa sampai terbawa mimpi gini.”
“Kamu hanya stres kok—,”
“AAAAAAAA!” Tiba-tiba terdengar jerit wanita. Aku langsung bangun dari tempat tidur. Kevin pun tiba-tiba terlihat was-was.
“Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana!” katanya tegas. Dia langsung berlari ke arah kamar Raka dan Tryan.
Bagus, sekarang malah aku yang ketar-ketir disini. Menunggu semenit seperti menunggu sejam. Raka dan Tryan akhirnya bangun. Ada sinar kewaspadaan dan kegairahan di mata mereka. Oh ya, apa aku belum cerita? Tryan, Raka dan Kevin adalah trio detektif di keluarga besarku. Mereka terinspirasi dari Sherlock Holmes. Malah kadang Raka membantu analisis suatu kasus di kepolisian (bapaknya bekerja sebagai polisi). Dan dia mendapat tambahan uang saku dari keterampilannya itu. Keren kan?
Aku mengikuti mereka berjalan ke TKP. Disana banyak orang telah berkumpul. Ternyata ditemukan mayat seorang pria di dalam kamar hotel. Mayat itu menggantung di loteng (ya, aku baru menyadari ada ruang rahasia di hotel ini, di tempat yang kukira hanya plafon atap ternyata ada loteng. Entah untuk apa maksudnya).
“Bagaimana....?” aku ngeri bahkan untuk menyelesaikan kalimatku sendiri.
Ketiganya bergerak mendekat ke jenazah. Untuk pertama kalinya aku melihat ekspresi yang sangat serius di wajah Raka yang biasanya iseng dan suka bercanda itu. Dari kantong celana jeans Raka ia mengeluarkan 3 pasang sarung tangan untuknya dan sepupu yang lain. Seolah tanpa perlu di komando lagi, mereka bergerak terpisah, menyelidiki hal-hal yang bisa diselidiki. Raka bergerak menuju jenazah, Tryan mulai mengamati lingkungan kamar hotel pria tersebut, dan Kevin mulai bertanya dengan nada biasa kepada teman-teman korban.
Tapi, belum sempat ketiganya beraksi, tiba-tiba polisi datang.
“Hei, hei, apa yang kalian lakukan disini? Ini tugas polisi. Sebaiknya Anda tidur saja,” kata salah satu petugas polisi.
“Tenanglah, kami tidak akan merepotkan Anda semuanya. Malah kami bisa membantu anda,” ujar Raka yakin.
“Terserah kalian saja, tapi jangan mengganggu penyelidikan kami,” kata polisi itu.
“Tentu saja,” jawab Raka pendek.
Tiba-tiba Kevin bergerak mendekatiku. “Kidiw, kenapa kamu tidak melanjutkan tidurmu aja?”
“Aku takut, kak. Ternyata firasatku benar. Aku tidak akan tidur nyenyak setelah melihat sendiri jenazah ini. Bisakah aku tetap di sekitar sini? Aku tidak akan mengganggu kegiatan detektif kalian,” jawabku.
“Baiklah, tapi jangan pergi jauh-jauh dari kami, ya,” Kevin memperlihatkan senyum manisnya. Aku ikut tersenyum dan mengangguk, lalu bergerak menuruni tangga dan sedikit menjauhi TKP dan duduk di pasir. Aku benar-benar stres, sampai tak ingin tahu apa yang ditanyakan Kevin kepada keluarga itu, atau apa yang telah ditemukan Tryan, atau hal aneh apa yang Raka lihat pada jenazah itu. Aku mencoba mengusir perasaan tak enak itu dengan mendengarkan lagu (untung aku membawa iPod Touch di saku celana pendekku). Setelah kira-kira mendengar 7 lagu yang terdiri dari lagu-lagu Lady Gaga, Paramore, Justin Bieber, Katy Perry, Avril Lavigne, Linkin Park, dan My Chemical Romance, aku sedikit tenang. Aku memutuskan naik tangga lagi menuju TKP, ternyata trio detektif itu terlihat sibuk berdiskusi serius mengenai kasus itu. Betapa cepatnya mereka berganti kepribadian, dari jahil menjadi sangat serius. Aku mengamati mereka dalam diam. Bisa kulihat mata Raka bersinar cemerlang, sepertinya si bandel ini sudah menemukan titik terang dari kasus ini. Tak lama kemudian, dengan pede ketiganya menemui polisi.
“Pak, saya sudah tahu siapa pelakunya,” kata Raka tenang.
“Apa kau yakin?” kata salah seorang polisi ragu.
“Coba dengarkan dia dulu,” ujar polisi lainnya.
“Begini, pertama korban bernama Iwan Setiawan, 20 tahun, kuliah di FISIP di sebuah universitas swasta terkenal di Jakarta. Dia dan tiga teman lainnya berkunjung kesini bermaksud mengisi liburan semester. Tiga temannya itu adalah Ciara Kinanti, 20 tahun, kuliah di jurusan arsitektur di universitas yang sama dengan Iwan. Kedua adalah Mona Lisa, 20 tahun, kuliah di jurusan kriminologi di sebuah universitas negeri terkenal di Depok. Ketiga adalah Febrianto, 21 tahun, kuliah jurusan perikanan di sebuah universitas negeri di Bogor.” Orang-orang yang tadi disebut Raka bertukar pandang tak percaya, tapi aku sudah tahu bahwa sejak kecil Raka suka mengamati hal-hal kecil dan menarik kesimpulan darinya. Dia seperti Holmes mini saja. Tapi aku tetap tak menyangka kalau Raka sebetulnya punya bakat untuk menjadi detektif swasta.
“Pada saat kejadian itu,” ia melanjutkan, “semua mempunyai alibi kuat bahwa mereka ada di kamar masing-masing. Mereka tidak melihat Iwan berjalan ke arah loteng, tapi tak menduga bahwa Iwan akan tewas disitu. Tentu saja, saat pertama melihat mayat bergantung disini, semua orang mengira ia tewas bunuh diri. Tapi, ternyata tidak seperti yang kita duga,” ia berhenti sejenak untuk memberi kesan dramatis, “ini adalah PEMBUNUHAN.” Ia mengeja pelan kata-kata itu.
“Bagaimana caranya?” tanya polisi itu tak percaya.
“Mudah sekali Pak, dari hasil pengamatan kakak saya Tryan, ditemukan kawat baja yang tertinggal di TKP. Luka dtipis di lehernya membuktikan hal itu. Iwan bukanlah orang bodoh yang akan sengaja masuk ke loteng tanpa penyebab tertentu. Ini,” dia menunjukkan senter yang dibungkus plastik, “adalah penyebabnya. Mereka mengakui bahwa sebelum ini, mereka iseng mengamati loteng yang baru mereka sadari keberadaannya menggunakan senter milik Febrianto. Namun Brian, panggilan singkatnya, sengaja meninggalkan senter itu agar dia bisa menyuruh Iwan mengambilkannya. Padahal sebelumnya mereka menyiapkan sebuah kawat baja tipis yang telah dibentuk lingkaran yang pas dengan ukuran kepala Iwan. Kawat ini sangat tipis sehingga tak bisa dideteksi keberadaannya di kegelapan. Brian sengaja men-setting agar senter itu ditaruh di atas lemari usang yang tinggi sehingga Iwan harus menaiki tangga – padahal di atas tangga itu telah disiapkan kawat baja tersebut. Malangnya Iwan tak melihatnya, ia hanya berusaha mengambil senter tersebut. Ketika ia berusaha menuruni tangga, ia merasakan cekikan di leher. Dari info yang saya dapat dari mereka bertiga, Iwan adalah orang yang mudah panik, bisa dipastikan ia langsung meronta dan berusaha melepas kawat baja tersebut. Sayang usahanya gagal total, tangga pijakannya malah jatuh, ia kesulitan bernafas dan... pergilah dia,”
“Tunggu, tunggu! Dari cerita Anda, mengesankan bahwa sayalah pelakunya. Anda jangan sembarang tuduh dong! Apa buktinya??” kata lelaki yang bernama Febrianto alias Brian itu penuh emosi.
“Bukan Anda satu-satunya pelaku,” jawab Kevin dingin. “Anda hanyalah eksekutor dari pembunuhan terencana ini. Ini merupakan konspirasi kalian bertiga. Saya tak tau apa alasan kalian sampai tega membunuh teman kalian sendiri.”
“Apa buktinya?” ujar perempuan yang kuduga bernama Mona Lisa itu sambil tersenyum sinis.
“Lihat jemari Brian,” kata Kevin kalem, “jari penuh bekas sayatan itu salah satu bukti dia banyak berurusan dengan kail pancing yang terbuat dari kawat baja. Mungkin di kuliahnya ia sudah banyak praktikum tentang perikanan. Salah satunya teknik menggunakan pancing. Mungkin saja dia juga hobi memancing, karena kurasa bekas luka itu agak terlalu banyak untuk mahasiswa semester awal sepertinya. Ciara barang kali mempunyai dendam pribadi hingga membiarkan saja temannya beraksi membunuh temannya sendiri. Mona, yah dia mengambil jurusan kriminologi, pastinya ia terbiasa dengan metode-metode kejahatan. Agaknya ia juga suka membaca cerita detektif sepertiku. Ialah otak dari kejahatan ini.” Kevin tersenyum tipis.
“Apa kau bilang? Jangan memfitnah kami!” seru Ciara emosi, tapi Mona hanya bertepuk tangan sambil tertawa aneh.
“Ternyata detektif amatiran seperti kalian pun mampu memecahkan kasus ini,” katanya sambil menyeringai seram. “Aku sudah lama menanti kesempatan untuk menggunakan ilmuku ini. Apa guna ilmu bila tak terpakai, ya kan? Dan mereka datang begitu saja, curhat kepadaku. Ciara menangis menyadari dirinya hamil, namun Iwan tak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Brian mengeluhkan Iwan yang sering kali berhutang kepadanya hanya untuk membeli miras murahan yang ada di warung. Kuhasut mereka untuk membunuh Iwan. Kukatakan, “Manusia tak berguna seperti Iwan tidak layak tinggal di dunia yang indah bersama kalian,” dan ternyata mereka sependapat denganku. Lalu kubeberkan rencana untuk membunuh Iwan. Tanganku harus bersih dari kejahatan ini, biarlah otakku yang bekerja. Kupikir rencanaku sudah sempurna, ternyata dengan mudah kalian pecahkan. Aku salut dengan kalian, detektif amatir. Mungkin kalian heran mengapa semudah ini aku mengakui kejahatanku, atau bisa dibilang menyerah. Tidak. Ini hanyalah awal dari segalanya.”
Mona mengangkat tangannya, seakan menunjukkan sikap penyerahan diri. Mau tidak mau Brian dan Ciara ikut. Akhirnya mereka digiring polisi keluar. Tapi, saat itu Mona masih sempat mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum masuk mobil polisi: “Ingatlah, ini adalah awal dari segalanya,” sambil tersenyum cantik tapi bengis.
Tanpa ba-bi-bu aku langsung memeluk Tryan dari belakang.
“Kidiw! My little princess! Kukira kau dibawah,” kata Tryan lembut.
“Aku dengar tadi kata-kata kalian saat mengungkap kasus. Keren sih, tapi...”
“Tapi kenapa?”
“Aku takut mendengar ancaman Mona tadi. Kurasa dia serius dengan ucapannya. Kalian masih dalam bahaya, selama Mona masih ada.”
“Tenanglah Kidiw, yang penting untuk sementara ini Mona sudah digiring ke penjara. Untuk sementara ini, kita aman.”
Aku terdiam sesaat mendengar kata-kata Tryan, lalu berkata, “Janji, jangan gegabah lagi ya? Jaga diri kalian. Aku belum mau kehilangan kakak-kakak cowokku.”
“Itu pasti, princess,” kata Kevin, lalu ia tersenyum.
“Udah, udah! Penjahatnya udah pergi kok! Kamu mau tidur atau nunggu sunrise?” tanya Raka ringan. Ekspresinya berubah dari wajah serius kembali menjadi wajah yang kukenal, ekspresi iseng yang biasanya.
“Nunggu sunrise aja deh kak, tanggung hampir pagi,” kataku sambil menahan kuap.
“Boleh, tapi jangan salahin aku kalau kamu sakit yaa,” katanya sambil tersenyum jahil.
Aku tertawa. “Ah, kakak kayak ga tau aja kalo aku gampang sakit. Meskipun hari ini aku tidur seharian, tetep aja bakal pusing juga.”
“Ya udah, aku dan Tryan ambil gitar dulu, kita nyanyi-nyanyi aja menunggu pagi,” kata Raka.
“Oke deh kak!” kataku gembira.
Aku sebenarnya tidak terlalu yakin bahwa mereka semua benar-benar aman dari psikopat wanita gila itu, tapi melihat ekspresi mereka yang rileks, mau tak mau aku ikutan rileks. Aku hanya berdoa di dalam hati semoga keyakinan mereka benar. Bahwa mereka aman.

Sahabat Jadi Cinta?

              Hoaahh. Lelah sekali diriku hari ini. Sebetulnya masih ada setumpuk PR telah menunggu untuk kukerjakan. Biarlah. Aku ingin sekali beristirahat setelah seharian bersekolah dan latihan tenis.
Baru saja kupejamkan mata, hpku bergetar, menandakan pesan masuk. Aku membukanya, ternyata dari Cassiopeia.
“hi bro, loe baru pulang ya? Bisa ke rumah gue sekarang gak? Gue bingung banget ngerjain PR fisika gue, bntu gue plis, plis” begitulah isi smsnya.
Cassiopeia adalah sahabatku. Sejak SD hingga sekarang kelas 10 SMA, kami telah mengenal satu sama lain. Aku tau semua rahasia Cassiopeia yang orang lain tak tahu, begitupun sebaliknya. Termasuk aibku waktu kelas 6 SD, aku pernah kencing di celana saking takutnya menonton film horor. Untungnya hanya Cassie yang tahu, tapi aibku yang satu itu digunakannya sebagai senjata agar aku menuruti semua permintaannya. Baiklah, lagipula sejak kapan aku tega menolak permintaan dia?
“iya, nanti gue ke sana,” jawabku pendek.
Setelah pamit ke orangtua, tanpa basa-basi aku langsung pergi ke rumah Cassie. Dalam waktu 3 menit aku mencapai rumahnya. Disana aku telah ditunggu oleh seorang gadis berambut pendek, memakai kaos belel, dan celana selutut yang tak lain adalah Cassie.
“Al, loe tuh baru pulang latihan ya? Anjrit bau ketek banget sih loe!” serunya sambil menutup hidung.
“Ahh berisik loe, tadi loe melas-melas minta diajarin fisika gue bela-belain ke sini biarpun baru pulang. Masih bagus juga gue mau bantuin, capek banget nih gue!” omelku.
“Iya-iya Kanjeng Mas Raden Alpha Centauri, jangan ngambek lahh kanjeng!” katanya setengah meledek. “Pokoknya loe ntar boleh nyaalliinnn semua PR gue!! Gue sih orangnya pengertian, Alpha...”
“Yak, baguslah kalo gitu,” seruku senang. Memang hari-hari turnamen tenis antar sekolah semakin dekat, sehingga belakangan ini aku dan timku meningkatkan intensitas  latihan hingga maghrib. Alhasil, aku selalu merasa lelah ketika sampai di rumah, sampai-sampai aku nyaris tidak pernah lagi mengerjakan PR di rumah. Aku hanya mengerjakan ala kadarnya, sisanya di sekolah.
Tapi ngomong-ngomong, kenapa aku tidak merasa lelah ketika harus mengajari cewek ini pelajaran fisika? Kurasa karena aku menyayanginya sebagai sahabat.
“Gimana, udah ngerti kan?” kataku seusai mengajari Cassie mengenai gerak melingkar.
“Oke, lumayan mendingan daripada di sekolah tadi, pikiran gue udah kemana aja,” jawabnya sambil menguap.
“Tuh, tidur dulu loe, besok gue nyalin punya loe ya. Awas kalo masih ada yang kosong, gak bakal gue kasih tumpangan lagi!” ancamku.
“Iye, iye, beres lah bos!” cewek itu nyengir.
Aku ikutan nyengir. Entah mengapa, aku senang sekali melihat senyumnya.
“Okelah, gue pulang dulu ya. Ngantuk berat nih,” pamitku.
“Ya, ya, hati-hati di jalan ya!” ujarnya.
“Oke,” jawabku singkat.
Aku langsung menaiki motor Jupiter Z-ku. Dari sudut mata kulihat Cassie melambaikan tangannya. Aku tersenyum, dan langsung pergi meninggalkan rumahnya.
***
Pagi harinya, seperti biasa aku bersiap-siap untuk menjemput Cassie di rumahnya dan berangkat bareng ke sekolah. Tiba-tiba hpku berdering tanda ada yang menelepon. Aku bergegas mengangkatnya.
“Alpha? Eh loe tau gak, kemarin gue diajakin berangkat bareng Aries lho! Jadi hari ini loe bisa berangkat sendiri kok,” belum juga kujawab, Cassie langsung nyerocos panjang seperti kereta api.
“Aries? Gebetan loe yang kemarin itu? Anak SMA Garuda ya?” kataku memastikan.
“Yoi. Duuh, gue gak nyangka banget pas nerima telponnya, ternyata itu dari dia. Gue deg-degan setengah mati! Trus, pas udah selesai, gue langsung loncat-loncat gak karuan kayak orang gila!”
“Yah, loe sih emang udah gila kan,”
“Yee, sialan loe! Kalo gue gila beneran sih gak mungkin Aries mau berangkat bareng gue. Yaudah, gue siap-siap dulu ya, mau dijemput pangeran ganteng sih, hihi. Bye!” tanpa basa-basi dia langsung menutup teleponnya.
Aku merasa sangat kecewa. Aargh, Aries! Kenapa juga dia harus merusak suasana hatiku! Menurutku, akulah yang berhak menjemput dia, karena akulah yang paling mengenalnya. Bukan si Aries yang ibaratnya baru datang kemarin sore. Kenapa... kenapa... ARGH!
***
“Loe cemburu tuh, brader,” kata Virgo sambil menguap.
Aku sedang bercerita pada Virgo tentang kejadian tadi pagi, dan hasilnya aku malah diledek oleh sahabatku yang satu ini. Aku gemas dan langsung memukul bahunya supaya dia tidak menguap lagi.
“WOYY! Loe tuh ye, gue cerita beneran kok malah dibercandain sih!”
“Gue gak bercanda, brader,” kata Virgo sambil menegakkan posisi duduknya. “Loe itu cemburu karena loe tuh udah lama suka sama dia. Tapi sayangnya loe menolak mengakui perasaan itu dan mencoba menganggapnya sebagai rasa sayang kepada sahabat. Gue tau kok bedanya sayang sama sahabat dan jatuh cinta.”
“Gue? Suka sama Cassiopeia Andromeda? Kayaknya gak mungkin deh! Gue udah tau semua kelakuan dia pas masih kecil, jelek-bagusnya! Lagian loe tau kan kalo selama ini cewek favorit gue tuh setipe Dian Sastro gitu! Feminin, cantik, rambutnya panjang, pinter, baik...”
“Ya, ya, gue tau Cassie rambutnya pendek dan agak tomboy. Tapi bukankah dia gadis yang pinter, selalu ceria, baik, mau dengerin setiap curhatan loe... Lagian, kalo dilihat-lihat anaknya manis juga kok. Dan Aries udah melihatnya,” Virgo menunjukkan ekspresi jahil.
“Ahh, sialan loe!” aku semakin kesal.
“Haha, lagian loe kan cuma sobatnya, loe gak berhak dong ngelarang Cassie jalan sama siapa aja yang dia mau?”
“Iya juga sih...”
“Loe masih gak percaya juga kalo loe suka dia? Gini aja deh, gimana kalo loe ngetes perasaan loe aja. Minggu depan kan turnamen tenisnya ada di luar kota. Loe gak usah nelpon atau sms Cassie. Kalo loe dihubungi Cassie dalam bentuk apapun, cuekin aja. Loe liat apakah loe tahan seminggu gak hubungin Cassie,” kata Virgo.
“Oke, deal! Mulai minggu depan kan?” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Yoi, pas turnamen,” kata Virgo sambil menjabat tanganku.
Kupikir itu mudah, karena pasti kecintaanku pada tenis, ditambah dengan latihan-latihan yang semakin intensif dan tekanan agar menjadi juara bertahan akan membuatku melupakan gadis itu
***
Sudah seminggu aku berada di Semarang, Jawa Tengah, untuk mengikuti turnamen tenis antar sekolah. Sudah seminggu itu pula aku tidak menghubungi Cassie. Tebak apa? Virgo benar. Aku rindu Cassie setengah mati. Meskipun fisikku berada di lapangan tenis, tapi pikiranku selalu berada pada rumah Cassie, teringat semua kenanganku bersama dia. Saat pertama kalinya balapan liar di jalan raya, saat makan rujak buatan Mbok Inem, pembantu Cassie, saat ketawa bareng melihat film horor Indonesia yang hantunya terlihat jelas hantu palsu... Semua kenangan bercampur aduk dalam pikiranku. Untungnya, entah bagaimana, kesepianku menjadi kekuatanku di lapangan tenis, hingga sekolahku, SMA Merah Putih International School memperoleh gelar juara. Tapi itu hanya terjadi di lapangan tenis, begitu sampai di kamar asrama aku merasa tak berdaya, merindukan suaranya, matanya, senyumnya, ke-tomboy-annya. Ternyata selama ini, tanpa kusadari, aku menyayanginya lebih dari sahabat.
Tapi, ahh, bukankah dia naksir Aries? Apakah mungkin masih ada kesempatan untukku...
Daripada otakku semakin ruwet, sehari setelah aku pulang dari Semarang, aku langsung pergi ke rumah Virgo. Aku langsung nyerocos, menceritakan semua perasaanku selama tak ada Cassie.
“Tuh kan, gue bilang juga apa? Loe sih ngeyel mulu,” Virgo menahan tawa melihatku yang melas-melas begini seperti cewek yang sedang patah hati.
“Tapi loe mikir deh. Gimana kalo misalnya gue pacaran sama Cassie. Trus kita berantem hebat. Putus. Musuhan. Gue gak mau nyia-nyiain persahabatan selama belasan taun hancur gitu aja karena masalah kecil,” kataku.
“Loe kan belum nyoba, sob. Loe gak akan tau sebelum loe ngalamin sendiri,” jawab Virgo sambil memainkan bola basket di tangannya.
“Justru gue gak pengen hal itu terjadi, Vir.”
Virgo berhenti memainkan bola basket. “Gue tanya. Mau sampai kapan loe ngebohongin perasaan loe? Loe rela liat Cassie jalan  sama cowok lain?”
“Tapi gimana kalo Cassie nolak gue? Bisa-bisa gue bakal selalu gugup kalo ketemu dia, trus jadi ngejauhin dia?”
“Loe harus jadi gentleman, sob. Bagaimanapun hasilnya, teteplah jadi sahabat terbaik dia. Paling gak kan loe udah jujur sama perasaan loe sendiri,” Virgo menepuk-nepuk bahuku. Aku hanya terdiam.
***
Oke, aku akan mencoba saran Virgo.
Dan, disinilah aku sekarang, di teras rumah Cassie. Aku sudah pasrah kalau aku akan diomeli Cassie habis-habisan lantaran aku sudah cuekin dia seminggu lebih. Tapi reaksi Cassie malah di luar dugaan!
“Jeleeekkk, loe kemana aja? Gue kangen tauuu sama loe!!” teriak Cassie heboh sambil memelukku. Aku kaget sekali.
“Yaelah, loe kan tau gue ada turnamen tenis di Semarang! Tenang aja kali..” kataku, berusaha menetralisir perasaanku yang mendadak kacau saat ditubruk Cassie begitu saja.
“Bukan gitu. Gue kan udah lama gak ngobrol sama loe, kangen tau! Hehe,” Cassie tersenyum. Jantungku langsung berdegup tak karuan.
“Kok tumben gue cuekin loe gak marah?” tanyaku heran.
“Haha, gue kemarin nanya sama Virgo kenapa loe nyuekin gue. Dan Virgo udah nyeritain semuanya. Jangan marah ke Virgo, plis. Gue juga yang ngancem dia, kalo dia ga cerita, gue bakal nyeritain semua kebandelan dia ke nyokapnya,” katanya sambil menahan tawa.
“Jadi...”
“Iya gue tau. Loe sendiri gimana?”
“Maksudnya?”
“Tentang.. perasaan loe?”
Wajahku merona. Tapi karena untuk itu aku kesini, kan? Aku menarik nafas dalam-dalam.
“Oke, gue sayang banget sama loe. Dan gue pengen lebih dari sekedar sahabat. Tapi... untuk kali ini, sepertinya gue harus ngalah sama Aries,” kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku.
Cassie terdiam. Wajahnya serius. Tapi detik berikutnya dia tertawa.
“Haha.. bro, loe lupa apa Aries itu sepupu gue yang dari bayi pindah ke Aussie? Loe mau-maunya aja gue tipu! Lagian Aries tuh udah punya pacar disana... Namanya Aphrodite Emerson! Hahaha...”
Apa?
“Maaf, sebenernya gue ngelakuin itu karena gue pengen tau gimana reaksi loe kalo gue punya orang yang gue taksir. Aries kebetulan lagi liburan summer, dan dia setuju bantuin gue ngelakuin ini. Sebenernya, gue juga gemes kenapa loe ga dari dulu nembak gue. Hehe.”
“Heh, kok loe bisa mikir gue suka sama loe sih?”
“Haha, dari sikap loe aja udah keliatan kali. Loe kemaren kedengeran lesu banget pas gue nelpon loe ngasih tau kalo Aries mau nganterin gue. Pokoknya, kalo gue cerita apapun tentang Aries, loe bete mulu mukanya. Dan cerita Virgo kemarin semakin menguatkan dugaan gue tentang perasaan loe.”
“Trus jawaban loe gimana?” tanyaku berdebar-debar.
“Apa ya? Emm...” Cassie tersenyum menggoda. “Err.. iya aja deh.”
“Masa?” aku bengong.
Cassie tertawa. “Biasa aja kali mas! Aduh kenapa jadi canggung gitu sih? Mbok Inem udah nyiapin rujak spesialnya tuh! Yuk ah, ntar keburu dilalerin lho!” katanya sambil menggengam tanganku.
Memang bukan pertama kalinya dia menggenggam tanganku, tapi entah mengapa, kali ini terasa lebih istimewa. Apa karena dia sekarang adalah pacarku? Hmm, mungkin. Yang jelas, kini kugenggam erat tangannya, dan berharap tak melepaskannya lagi.
***

Pages

About Me

My Photo
Humaira's Story
I'm loved by some, hated by many, envied by most, yet wanted by plenty
View my complete profile

Followers

Total Pageviews